Furunkolosis
dapat menimbulkan komplikasi yang fatal. Salah satunya adalah furunkel maligna
yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi oleh
bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam
intra kranial. Masalah lain yaitu bisa terjadi penyebaran bakteri yang lebih
dalam atau lebih luas sehingga bisa juga terjadi selulitis atau
bakterimia. Dan apabila higinis penderita jelek atau menderita diebetes
militus, furunkel menjadi sering kambuh. Berikut akan dipaparkan dari penyebab,
patogenesis, sampai penanganannya.
Mengenai
Pengertian dari Penyakit ini
Pioderma
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus dan Streptococcus
atau oleh keduanya. Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan yang
disekitarnya, yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Apabila furunkelnya
lebih dari satu maka disebut furunkolosis.
Penyebaran
Pioderma
merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Di bagian Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia, insidennya
menduduki tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi.
Furunkel
lebih sering pada musim panas, karena banyak berkeringat. Dari
segi umur onsetnya dapat terjadi pada anak-anak dan juga orang muda.
Frekuensinya lebih banyak pada anak laki-laki.
Etiologi
/ Penyebab
Etiologinya
kebanyakan oleh Staphylococcus aureus, merupakan sel-sel berbentuk bola atau
coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan berkelompok.
Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang
membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia. Pada
Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal manusia. Staphylococcus
menghasilkan katalase yang membedakannya dengan streptococcus.
Faktor
Predisposisi yang mempengaruhi munculnya penyakit ini
Sebenarnya
yang mempengaruhi untuk terjadinya pioderma, khususnya furunkel atau
furunkolosis ada tiga faktor yaitu faktor host, agent, dan lingkungan.
Faktor host
higinis yang
jelek
diabetes
militus
kegemukan
sindrom
hiper Ig E
carier
kronik S. aureus (hidung)
gangguan
kemotaktik
ada penyakit
yang mendasari seperti HIV
sebagai
komplikasi dari dermatitis atopi, ekscoriasi, scabies atau pedikulosis (adanya
lesi pada kulit atau kulit tidak utuh bisa juga karena garukan atau
sering bergesekan)
Agent :
biasanya S. aureus
Lingkungan
lingkungan
yang kotor atau kebersihannya jelek
iklim panas
Patofisiologi,
Patogenesis, Patologi
Banyak hal
yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma antara lain faktor host,
agent, dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan diatas dimana adanya
ketidak seimbangan antara ketiga faktor tersebut. Staphylococcus mengandung
polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang merupakan substansi penting
di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang
mengandung subunit-subunit yang terangkai, merupakan eksoskeleton kaku pada
dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau lisozim. Hal ini merupakan
penting dalam potogenitas infeksi : zat ini menyebabkan monosit membuat interleukin-1
(pirogen endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini juga menjadi zat
kimia penarik (kemotraktan) untuk leukosit polimorfonuklear, mempunyai
aktifitas mirip endotoksin, mengaktifkan komplement.
Patologi
prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat lainnya.
Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut menimbulkan
nekrosis jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin disekitar
lesi dan didalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang
membatasi preses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaringan fibrosis.
Di tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan nekrotik (dibantu oleh
hipersensitivitas tipe lambat) dan abses mengarah pada daerah yang daya
tahannya paling kecil, setelah jaringan nekrotik mengalir keluar,
rongga secara perlahan-lahan diisi dengan jaringan granulasi dan akhirnya
sembuh.
Gambaran
Klinik
Bakteri
masuk ke dalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis dan
perifolikulitis, tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri. Pada keadaan
yang berat dapat disertai gejala demam, malaise, dll. Setelah 2-4
hari terjadi proses supurasi dan terbentuk abses ini dapat diketahui dengan
adanya fluktuasi. Pada bagian tengah lesi terdapat bintik kekuningan yang
merupakan jaringan nekrotik, dan disebut mata bisul (core). Bila abses pecah
inti jaringan nekrotik tersebut akan keluar. Perawatan khusus ialah pada
furunkel maligna yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi
oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam
intra kranial. Masalah lain yaitu bisa terjadi penyebaran bakteri yang lebih
dalam atau lebih luas sehingga bisa juga terjadi selulitis atau
bakterimia. Dan apabila higinis penderita jelek atau menderita diebetes militus,
furunkel menjadi sering kambuh. Predileksi penyakit ini biasanya pada daerah
yang berambut misalnya pada wajah, punggung, kepala, ketiak, bokong dan
ekstrimitas, dan terutama pada daerah yang banyak bergesekan.
Efloresensi,
lesi awal berupa infiltrat kecil, membesar membentuk nodul eritematosa
berbentuk kerucut, nyeri, terdapat core (mata bisul), kemudian melunak menjadi
abses, pecah, terbentuk ulkus.
Bagaimana
Mendiagnosisnya.
Diagnosis
furunkel atau furunkolosis kebanyakan dapat ditegakkan secara klinis mengingat
gambaran klinisnya yang khas yaitu lesi awal berupa infiltrat kecil, membesar
membentuk nodul eritematosa berbentuk kerucut, nyeri, terdapat core (mata
bisul), kemudian melunak menjadi abses, pecah, terbentuk ulkus. Tetapi untuk
lebih menegakkan diagnosisnya yaitu dari segi :
anamnesis :
timbul bisul atau benjolan yang nyeri dan ada matanya.
pemeriksaan
fisik khususnya efloresensi nodul eritema berbentuk kerucut, dan ditengahnya
terdapat core
pemeriksaan
penunjang : pengecatan Gram, kultur dan tes sensitivitas
Diagnosis
banding
Diagnosis
banding furunkolosis adalah folikulitis dan karbunkel. Antara furunkolosis dan
folikulitis dapat dibedakan dari segi efloresensinya kalau pada folikulitis
berupa macula eritematus, papul, pustula, tidak terdapat core dan jaringan
disekitarnya tidak meradang. Antara furunkolosis dengan karbunkel, dapat
dibedakan dari segi efloresensinya mirip dengan furunkel hanya saja ukurannya
lebih besar dan mata bisulnya lebih dari satu. Dan biasanya sering dijumpai
pada penderita DM.
Komplikasi
Berikut
adalah beberapa komplikasi furunkel:
furunkel
malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi oleh
bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam
intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada vena
tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang
nantinya bisa menjadi meningitis.
selulitis bisa
terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.
bakterimia
dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup jantung,
sendi, spine, tulang panjang, organ
viseral khususnya ginjal
furunkel yang
berulang, hal ini disebabkan oleh higine yang buruk
Tentang
Penatalaksanaan / Pengobatannya
Adapun
penatalaksanaan untuk furunkelatau furunkolosisi adalah sebagai berikut:
Topikal
Topical
diberikan salep yang mengandung basitrasin dan neomisin, asam fusidat , natrium
fusidat atau yang mengandung mupirosin. Bila terjadi ulkus atau lesi masih
eksudatif dilakukan kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus 1/ 5000,
larutan rivanol 0,1% atau povidin iodine 5%-10%.
Sistemik
Sistemik
diberikan antibiotic, seperti
Koksasilin 3
x 500 mg per oral/ hari selama 5-7 hari atau
Sefadroksil
2 x 500 mg peroral/ hari selama 10-14 hari
Bila alergi
terhadap penisilin diberikan eritromisin
Pada
furunkel maligna diberikan sefotaksim 1 gram intramuskuler per 8 jam
selama 10 hari.
Prognosis
Umumnya
baik. Asalkan mendapatkan penanganan yang adekuat dan faktor penyebab dapat
dihilangkan, dan prognosis menjadi kurang baik bila terjadi komplikasi.
Infeksi
Kulit Necrotizing
Defenisi
Infeksi
kulit necrotizing, termasuk necrotizing cellulitis dan necrotizing
fasciitis, adalah bentuk berat dari selulit yang ditandai dengan
kematian pada jaringan terinfeksi (necrosis).
Kulit
terinfeksi berwarna merah, hangat sewaktu disentuh, dan kadangkala bengkak, dan
gelembung gas bisa terbentuk di bawah kulit.
Orang
tersebut biasanya merasa sangat sakit dan mengalami demam tinggi.
Pengobatan
meliputi pengangkatan kulit mati, yang kadangkala membutuhkan operasi
menyeluruh, dan pemberian antibiotik secara infus.
Kebanyakan
infeksi kulit tidak menghasilkan kematian pada kulit dan jaringan di
sekitarnya. Kadangkala, meskipun begitu, infeksi bakteri bisa menyebabkan
pembuluh darah kecil pada daerah yang terinfeksi menggumpal. Penggumpalan ini
menyebabkan jaringan yang diberi makan oleh pembuluh ini mati karena kekurangan
darah. Karena pertahanan kekebalan tubuh yang mengalir melalui aliran darah
(seperti sel darah putih dan antibodi) bisa tidak lagi mencapai daerah ini,
infeksi tersebut menyebar cepat dan kemungkinan sulit dikendalikan. Kematian
bisa terjadi, bahkan dengan pengobatan yang sesuai.
Beberapa infeksi kulit necrotizing menyebar di dalam kulit sepanjang permukaan
otot (fascia) dan disebut necrotizing fasciitis. Infeksi kulitnecrotizing lainnya
menyebar pada lapisan kulit bagian luar dan disebutnecrotizing cellulitis.
Beberapa bakteri lain, seperti streptococcus dan clostridia,
bisa menyebabkan infeksi kulit necrotizing, meskipun pada kebanyakan orang
infeksi tersebut disebabkan oleh kombinasi bakteri. Infeksi streptococcalkhususmya
diberi istilah penyakit ‘flesh-eating’ oleh media massa, meskipun hal
itu sedikit berbeda dari yang lainnya.
PENYEBAB
Beberapa
infeksi kulit necrotizing diawali pada luka tusuk atau pencabikan,
terutama sekali luka yang terkontaminasi oleh kotoran dan serpihan. Infeksi
lain diawali pada sayatan operasi atau bahkan kulit yang sehat. Kadangkala
orang dengan diverticulitis, pelubangan usus, atau tumor pada usus
mengalami infeksi necrotizing pada dinding perut, daerah kelamin,
atau paha. Infeksi ini terjadi ketika bakteri melarikan diri dari usus dan
menyebar ke kulit. Bakteri tersebut bisa pada awalnya menciptakan abses pada
rongga perut dan menyebar cepat keluar kulit, atau mereka bisa menyebar melalui
aliran darah menuju kulit dan organ lain.
GEJALA
Gejala
seringkali diawali hanya sebagaimana selulitis. Kulit tersebut bisa terlihat
pucat pada awalnya, tetapi cepat menjadi merah atau merah tua, panas bila
disentuh, dan kadangkala menjadi bengkak. Kemudian, kulit menjadi violet,
seringkali dengan terbentuknya lepuhan besar yang berisi cairan (bullae).
Cairan yang berasal dari lepuhan ini berwarna coklat, berair, dan
kadangkala berbau tidak sedap. Daerah pada kulit yang mati menjadi hitam (ganggren).
Beberapa jenis infeksi, termasuk yang disebabkan oleh clostridia dan
bakteri gabungan, menghasilkan gas. Gas tersebut menciptakan gelembung di bawah
kulit dan kadangkala pada lepuhan itu sendiri, menyebabkan kulit terasa pecah
ketika ditekan. Awalnya, daerah yang terinfeksi terasa sangat sakit, tetapi
dengan matinya kulit, saraf berhenti bekerja dan daerah tersebut kehilangan
rasa.
Penderita biasanya merasa sangat sakit dan mengalami demam tinggi, detak
jantung yang cepat, dan penurunan mental berkisar dari pusing sampai tidak
sadarkan diri. Tekanan darah bisa turun karena racun yang dikeluarkan oleh
bakteri dan reaksi tubuh terhadap infeksi (septic shock).
DIAGNOSA
Seorang dokter membuat diagnosa
pada infeksi kulit necrotizingberdasarkan pada apa yang terlihat, terutama
sekali kehadiran gelembung gas di bawah kulit. Sinar-X bisa menampilkan gas di
bawah kulit dengan baik. Bakteri spesifik meliputi yang diidentifikasikan oleh
analisa laboratorium pada cairan yang terinfeksi dan contoh jaringan. Meskipun
begitu, pengobatan harus dimulai sebelum seorang dokter bisa memastikan bakteri
mana yang menyebabkan infeksi.
PENGOBATAN
Keseluruhan
tingkat kematian adalah sekitar 30%. Orang yang lebih tua, mereka yang memiliki
gangguan medis lainnya, dan dimana penyakit tersebut telah dimulai dan tingkat
lanjutan memiliki hasil yang menyedihkan. Penundaan pada diagnosa dan
pengobatan dan pengangkatan secara operasi yang tidak cukup pada jaringan yang
mati memperburuk prognosis.
Pengobatan untuk necrotizing fasciitis adalah operasi pengangkatan
pada jaringan yang mati ditambah terapi antibiotik secara infus. Dalam jumlah
banyak kulit, jaringan, dan otot harus sering diangkat, dan dalam beberapa
kasus, tangan atau kaki yang terkena harus diamputasi. Beberapa dokter
menganjurkan pengobatan dalam ruangan oksigen tekanan tinggi (hyperbaric),
tetapi hal ini tidak jelas seberapa bisa membantu.